A Short Trip to Bandung!!

Jadi gue lagi bawel banget mau nulis lagi mumpung lagi banyak ide berkeliaran 😀 mau cerita dong, kemarin tanggal 6 Februari gue memutuskan untuk ke Bandung, nyusul Citra yang lagi di Bandung, yang mana nerupakan keputusan yang sangat “gila” menurut Citra dan Ijal hahahha untuk pertama kalinya gue ke Bandung sendirian, gak boleh pertamanya sm bokap gue, tapi gue nekat aja -__- lah gue ke Bndung tanggal 6 tp baru memutuskan untuk ke Bandung tanggal 5 malem, dikarenakan rasa bosan gue yang memuncak akibat liburan di rumah mulu, nonton film sampe berkali-kali. Jadilah gue naik Primajasa dari UKI Cawang, jam 7.45 busnya berangkat, turun di Cileunyi kira-kira jam setengah 11an, terus naik Damri. Di bus ternyata samping gue anak Unpad juga, jadi gue pun ngga takut nyasar 😀 ditungguin Citra di MCD Dago, dan kita pun siap untuk jelajah Bandung!!! *soraksorai*

Pertama kita bingung mau kemana, dan gue pun juga lupa kita kemana aja soalnya bener-bener asal turun naik angkot, ke Ciwalk, beli maicih, naik angkot, dan kita memutuskan untuk? Menginap! Yak dan untungnya gue bawa baju ganti walaupun nggak bawa celana panjang, yaudahlah yaaaaaaaaaaaaa. Nanya-nanya tebengan buat bobo, akhirnya boleh nginep di kontrakan Ijal si anak ITB yang kece uhuyy (peluk Ijaaaal)

Malemnya, kita sepakat untuk ke Dago Atas, si Citra udah gatel banget mau nunjukkin gue ke sana yang katanya viewnya sekota Bandung baguuuus banget, yaudahlah kita naik angkot, sampe diopar oper karena itu udah mau maghrib gitu, mana ujan T___T yaudahlah capcus harus nyampe, di angkot lama-lama tinggal gue, Citra dan satu anak SMA yang pake seragam, dan gak ketinggalan aa supirnya ._. serius deh itu jalanan mana gelap semua gitu dan di angkot cewe semua bertiga, gue udah ngeri sebenernya tapi Citra bilang santai aja, satu hal yang dia takutin cuma kalo angkotnya kelewatan -__- so jadilah kita ke Lisung! Yak, sampe sana tebak makan apa?? Mie Ayam! Hahahaha udah jauh2 coba, tapi apa daya kita melarat. Mau ngeliat-liat eh ternyata kabut nutupin pemandangan gitu tapi lama-lama si kabut pun mulai menghilang digantikan non kabut, alias clear!

Ngga keliatan sih ya namanya pake kamera henpon hehehe

Mie ayam yg notabene makanan terngenyangin dan termurah (ternyata harus pake paket jadi 25ribuan) ENAK!

 Buku menunya :))
Abis makan, kita mau foto-foto tapi apa daya kamera gue secara alaynya menunjukkan kebencian kepada gue, dia ga mau ngumpulin cahayaaaa coba! Sebel ga? Semua gambar blurr, ngatur speed dianya ogah-ogahan, yaudah nasib, pulangnya tebak naik apa? Naik ojek yg notabene tukang parkir or satpam or something itu, sampe mau ke Bukit Bintang eh sepi banget, jadilah kita meilih untuk pulang walaupun masih jam 8an.

Naik angkot lagi, terus minum susu murni di Dipati Ukur, enak banget malem-malem minum yg anget-anget :””) terus kita bingung nngguin ijal kemana, jam masih jam 9an, ijal bilang mau balik tengah malem, segala usaha untuk berkomunikasi dengan si ijal ga ada yang bisa, kayaknya hpnya mati dan kita luntang lantung ngga tau mau kemana.. Akhirnya kita ke Mekdi Dago (lagi dan lagi) nungguin Ijal, dengan duit super ngirit cuma beli kentang 2 bungkus, kita nongkrong di mekdi sambil mencak-mencak karena Ijal ga ngasih-ngasih kabar, pikiran suudzon mulai jadi setan pembisik, astagfirullah. Jam 12 malem yang notabene udah tengah malem, si Ijal belum kasih kabar, makin gelisah gundah gulana, dan tadaaaaa jam 1an tiba-tiba hp gue bergetar tulisannya Message Received: Ijal ! Langsung kita semangat, gak lama si Ijal baru bilaaaang dia baru selesai!!! Kita disuruh nunggu, mau dijemput. Engingeng, lamaaaaaaa jam setengah 2 br dateng (kasian Ijal langsung kita marahin) padahal ini siapa yang mau numpang dan ngerepotin tapi siapa yang marahin -___- ampun Jal ampuuun.

Langsung kita capcus ke kosan yang ternyata kontrakan Ijal, ngobrol bentar dan langsung tepaaaaaaaaaaaaaar.

Besoknya kita emang random banget, main ke ITB kampusnya Ijal kayak orang ilang (emang si Citra tuh yang pengen banget :p) abis itu gue bilang pokoknya jam 3 atau setengah 4 kita ke stasiun karena kereta berangkat jam setengah 5, karena saking keasyikan di ITB, tiba-tiba udah jam 4! Orang gila emangg, langsung kita buru-buru, mana nggak tau naik angkot apaan, jam segitu pake macet segala, ah gawat pokoknya gawat, jam 4 lewat 15 masiih belum menemukan tanda-tanda stasiun, sampe tiba-tiba jam 4.23 udah sampeee. Wah kalap langsung lari-lari ke stasiun, check in dulu sihhh, langsung capcus disambut pramugari dengan senyum termanis sedunia kita masuk kereta ternyata dapet gerbong nomor 1 paling ujung dan kita naik ke gerbong eksekutif, wiiih suasananya beda. Berharap kita bisa naik gerbong itu, tapi yaudahlah terima nasib aja lu fan mampunya di bisnis doang, ternyata ada gerbong percobaan namanya bisnis AC, kita nanya ah boleh ga pindah, eh kata yang meriksain karcis, boleh-boleh aja kalo kosong, gapake banyak cincong kita pindah! AHAHAHA *evil laugh*

Sarapan pagi, pedes banget gila!

Kereta bisnis AC, gambarnya blur -__-

Di Cimahi, ada anak kecil lucuu banget dia naik sama neneknya, sepanjang jalan akhirnya gue main sama dia, dikarenakan si Citra tidur. Gue sampe dikasih permen banyaak dan roti keju enak.Ternyata dia narsis euy. Pemandangan dari dalam kereta bagus banget, iyalah namanya juga Bandung yang masih seger, banyak sawah gitu.

Si anak kecil super baik hati di kereta 🙂
Jam 8an akhirnya kita nyampe, turun di Jatinegara, naik 44, dengan bekal duit tinggal 7000 untuk berdua, eh sialan malah diturunin di Tebet mana bayar 5000, alasan abangnya “kalo udah sampe sini kan ada banyak lagi angkot yg lain” ih sumpah gondok, gimana caranya coba pulang 2000 berdua? Akhirnya si Citra milih buat naik ojek karena udah deket ke rumahnya sedangkan gue naik 44.
Overall, it was so fuuuuuuun!!!!!!!!!

Terima kasih buat Citra si tukang jalan yang ngajak keliling Bandung, si Ijal yang mau nampung anak gembel yang nekat ini, dan anak kecil baik hati yang udah ngasih permen dan roti coklat keju (semoga suatu hari bisa ketemu lagi, amin).

A Short Trip to Bandung!!

Dieng, Dieng–A Place Called Home Part 2

How was the trip? Asked one of my friends. I just responded with laugh, and here’s the story!
When i arrived at Faid’s house, it was dark (yeah it’s already night) because his house is located around 1800 m above the sea levels so it takes about 1 hour from the market. Oh ya, it was so damn cold, like that “cold” cold that i have seen in movie. Here’s the picts:

Adit
 

 Gardu Pandang Dieng

We went to sleep at 10pm because we have to wake up early tomorrow morning to catch the sunrise. So damnnnnn cold, i even worn 2 jackets and 3 blankets and it’s still cold!

At 5am, Faid knocked our room to prepare ourselves and get ready for sunrise! Whoooa the coldness like i dont wanna touch and feel the water. Then, Faid’s mom has prepared us warm tea and cookies, i ate them all LOL

We went to Gardu Pandang Dieng by motorcycle, 1 motorcycle tagged by 3 people ehehehe because only Faid who can ride it :p i was eager to catch it since Faid told us that it’s golden sunrise and it’s so beautiful but im afraid if we’re late! Since it’s almost morning! But luckily, we still get it! Here’s the picts:

How was it? Very beautiful right? I was lucky to have an abilty to view this moment 😀

Dieng, Dieng–A Place Called Home Part 2

Dieng, Dieng, Dieng–A Place Called Home Part 1

See me again yeaaayyy. Entah kenapa kalo abis jalan bawaannya pengen sharing terus, biar yang lain bisa tau tentang tempat itu. Nah kemarenan, tanggal 26-27 November 2012 untuk pertama kalinya gue ga lebaran di rumah (malah di jalan) menuju suatu tempat yang bernama Dieng! Iya Dieng yang itu bener 🙂

What comes to your mind when I say 15 degree Celcius? It must be so damn cold! (in a tropical country if course) So this is it, the 2nd highest highland in the world! Dieng, yep it’s in Indonesia, exactly in Wonosobo, Central Java. IT’s a coincidental trip, honestly. In Friday, one of my friend, Uti, asked me wheter i wanna join her to Dieng or not on Thursday. Well, it’s like “What the hell is she thinking in the middle of mid test? Is she drunk? LOL” But, i was getting curious about it, it’s like my mind is breaking into two pieces, stay in Jakarta or join her to Dieng.
Dieng is a famous place but i havent been there before, and it’s like 4 day off from Thursday to Sunday. After i decided to go there, i asked my parents and they allowed me with my own risks, yayyyy the show must goes on!

3 day before the day come, my friend, Faid, who’s come from Dieng and we’re planning to stay in his house, booked us the tickets to Wonosobo by Sinar Jaya, depart from Pasar Minggu. Well, I was so excited! And coincidentally again, i got a take home test from my lecture to take a sunrise photo for my mid test, it’s like “wow”~!

On Wednesday, i packed my things up, all done, the jackets, cardigan, gloves, mask, warm hat (checked). Im ready to go to Dienggg, feel the coldness~~~

At 4 o’clock, we departed from our campus in Depok to go to Pasar Minggu by angkot, at that I felt that something’s wrong but i didnt know what it is. And damdamdam *drums rolling* i and Uti didnt get the tickets! Fakkkk! I feel soo limp, like, i have packed all my things and the tickets to go there just flew away. Faid and 5 of his friends who came from Dieng got the tickets, but they’ll stay stand and they offered me to buy one but i wont go by stand up for almost 12 hours. A super no! I know that im a lil arrogant but i just dont wanna sacrifice my feet and butts to pay full but stand huh So it’s ironic when the bus’s gone, but I and Uti still stuck in Pasar Minggu. Faid said that we can take the bus to Purwokerto first at the terminal, and then find a bus to Wonosobo. Well, at first, i became a lazy one, like a hopeless girl stuck at the terminal.

Hm….. After we arrive at the terminal, we asked to the people in there and so many tickets to Purwokerto have been sold too! Super duper hectic! but they said, that D*wi S*i Bus will be departed at 7 pm, and it’s the last bus, so we must hurry! And we got the ticket though it’s more expensive because tomorrow is Lebaran Eid Adha. Because I was so tired and confused about where to wait, i got an idea to wait at the Dishub office lol (good idea right?) The people were soo nice, we’ve been guided about the real condition in terminal and bla bla bla. At 7 pm, we’re preparing to take the bus because the bus’ll be departed, and we thanked them sooo much for letting us stay in their office and they said to always take care aaw so sweet.

So we took the bus, take a seat in number 31-32,ugh it’s souncomfortable, so narrow. I can put on my knees 😦 the traffic from jakarta to subang was the worst!! we’re getting stuck about 6 hours, can you imagine? There’re a lot of people who didnt get a seat, so they’re stand up or sit on the floor, yeah that was malam takbiran (night before Eid) so everybody wanted to go to their hometown.

At 9am, we finally arrived in Tegal, had a transit there to go to Purwokerto with another bus, but the free bus fro De*i S*i was sooooo full of people, even it’s the non AC one! Gah how could i spent 3 hours by standing to reach the destination? So we waited for another bus, 3  bus have passed and they all full of people! Look at the watch and it’s 11am, Goood i feel so disappointed with the services, when i asked to the people in that agent, she asked us to wait for another bus, ugh, would I? No!
I finally went to the back of terminal and grab a bus to Purwokerto, it cost 25,000 rupiahs or 20,000 rupiahs (Kurnia) and i do feel better because im getting closer to the destination. In 3 hours we finally got there, and took a bus to Wonosobo, named Cebong (Im serious) We got a seat, but there’re a lot of people hopped in to the bus and it fees like the bus will be explode in no time. So not human since the driver always took the people to get to the bus, what’s he thinking? i feel soooo emotional and the time ticked soooo long!!! Ugh i cant imagine how’s my face, my skin, never feel the water in almost 20 hours!
One by one passengers already reached the destination, but it feels like forever to us, my head felt so dizzy, hungry, thirsty and all the bad things happened to us T___T The bus which’s so full like it’s gonna explode finally left by the passengers, and we’re 6 left in the bus (both of us and another passengers). Finally at 4pm we finally arrived in Wonosobo. Can you imagine how free it was?
Like it didnt meet the end, we had to take angkot once again to reach the market where Faid’ll pick us there (Faid has arrived in Wonosobo at 8am, pity us). I really feel so nice because the weather is so good, and it was cool, in real meaning. About 10 mins finally we arrived at the market and we waited for Faid because he said that he was on his way. Not a long time finally we hopped on the car, we’re introduced to his father and lil brother, Adit. Nging nging nging because i was sooo tired, so i fell to sleep in no time, and when i opened my eyes, it’s raining.. Feel so cold, really cold.

Dieng, Dieng, Dieng–A Place Called Home Part 1

Pulau Pari, I’m in Love Part 2


Upps, been a long time! Really sorry fufufu btw gue lagi mau nulis nih *tumben* lanjutin ah yang Pulau Pari, jadi tuh pas nyampe kita langsung ke homestay, ngobrol-ngobrol saling mengenal satu sama lain #eaaa makan Indomie, as always, minum teh, tapi gue makan Pop Mie hahaha pokoknya kita nunggu sampe jam 12an pas makan siang, makanannya buanyaaak banget haha terus sekitar jam 1an akhirnya kita menuju dermaga untuk berangkat snorkeling.
Mungkin karena lagi libur lebaran kali yak, jadinya ruameee bener dan nyebelinnya ternyata kapal yang ngebawa kita ber10 untuk snorkeling bukan “kapal khusus” rombongan kita, tapi ada rombongan lain. Agak kesel sih padahal kita kan bayarnya mayan mahal tapi ternyata kapalnya dibagi dua huft tapi yasudahlahh yang penting sok atuh snorkeling nyebur ke laut.

ini kita bareng-bareng mau menuju ke dermaga

Kayaknya sih kapalnya lamaa banget (gue takut nyasar di tengah laut) dan akhirnya gue memutuskan untuk sleeping beauty hahaha (apalagi hp gue gada sinyal). Kira2 1 atau 2 jam gue dibangunin katanya udah nyampe, ekspektasi gue sih ada yang keren gt eh ternyata biru semua, yaudah deh gue bingung mau ngapain, disuruh pake peralatan snorkelnya (mask, goggle, fin) tp karena ini pertama kalinya gue nyebur ke laut, jadilah gue takut dan bengong sedangkan yang lain udah pada nyebur. 

sebelum nyebur
Karena gue mikir gue udah bayar, sayang kan jg udah nyewa peralatan dan kapal masa iya gue cm bengong akhirnya gue memberanikan diri untuk turun, sereeeem awalnya takut kelelep eh ternyata engga haha *iyalah kan pake life vest* #tabok asyik loh ternyataaaa, walaupun panas, tentunya jangan lupa pake sunblock yah biar gak gosong hehe

ceria banget yak gue?
peace!
ikaaaan
Setelah beberapa saat poto-poto, liat sana liat sini, akhirnya balik ke kapal deeh, sekarang waktunya mengeksplor tempat selanjutnya, Pulau Tikus! (kalo ga salah)

ternyata kapalnya gabisa mendekat ke pulau jadilah kita berjalan menuju pulau, dan banyak bulu babi bertebaran aaawww

Ini nih gaya-gaya kita waktu di Pulau Tikus B)
Kebesokannya, kita buru-buru ke pantai buat liat sunrise! Walaupun ngantuk tapi tetep ngebela-belain, hajaaaarrrrr. Mayan sih dapet beberapa haha

Gimana? Keren kan? Ini nih baru secuil aja Indonesia, dan yang lebih kerennya cuma 2 jam dari pusat kota Jakarta looh. Mending kesini daripada ke luar negeri 😀 
*foto-foto tambahan:

Nih biaya gue waktu kesana ber10:
Muara Angke – Pari PP = 70.000
Penginapan: 400.000/10 orang = 40.000
Sewa kapal: 400.000/10 orang = 40.000
Guide: 150.000/10 orang = 15.000
Makan = @20.000 x 3x = 60.000
Sewa alat snorkeling (optional) = 30.000

Total: 70.000 + 40.000 + 40.000 + 15.000 + 60.000 + 30.000 + 20.000 = 275.000

Tambahan biaya, ongkos busway transjakarta dari Kuningan-Grogol 3000 + Grogol-Angke 5000 = 8000 PP 16,000 
Murah kaaaan ? B)

Pulau Pari, I’m in Love Part 2

Pulau Pari, I’m in Love..

Selamat siaaaaaang…

Mau dengerin cerita nggaaaa?

Akhir-akhir ini kan emang lagi musim liburan dan gue lg suka banget jalan-jalan (dari dulu sih tp baru ada uangnya sekarang _o_) oke lanjut, jadi tuh tanggal 21-22 Agustus kemarin gue abis pergi ke Pulau Pari. Pada tau ngga Pulau Pari ada dimana? Hmm sepertinya belum terlalu tersohor ya. Pulau ini ngga jauh-jauh kok dari Jakarta, ya karena emang masih dalam Provinsi DKI Jakarta, yak bener banget ini tuh masuk dalam Daerah Administratif Kepulauan Seribu. Mulai nih ya ceritanya, cape intro mulu.

Jadi sejak gue liburan, emang bener2 ngidam pantai banget, saat itu lagi bulan puasa, dan gue bersama sahabat gue namanya Karina pun merencanakan untuk ke Pulau Tidung, tapi karena Tidung sekarang udah ruameee banget gajdi deh dan gue nemu info tentang Pulau Pari yang katanya masih “perawan” sampe-sampe nama pantainya itu Pantai Psir Perawan. Mulailah kita mencari-cari info dsb sampe tinggal besoknya berangkat dan tiba-tiba *angin kencang, petir menggelegar* Karina ngga diizinin untuk pergi kesana karena kita pergi cuma berdua, jadi serem katanya. Pupuslah harapan untuk melihat pantai dan pasir dalam waktu dekat…..

Kemudian engingeng, gue dapet undangan events dari Traveller Kaskus untuk ajakan trip ke Pulau Pari, dengan metode share cost (re:patungan) sehingga kita ga pake travel agent karena semuaya diurus sendiri. Yang ngajak itu namanya Kak Heni. Gue sih hayok-hayok aja wong gue lagi pengen banget pantai dan gue juga ga mudik karena eventnya abis lebaran gitu, terus murah juga ternyata. Super wow banget! Seperti kebetulan, dan gue langsung ngajak Karina karena kita mau perginya ber15 orang, tapi ternyata Karina ada acara jalan-jalan keluarga tepat di tanggal itu dan dia gabisa ga ikut keluarganya T______T sedih, tp yaudahlah gue tetep harus ikut!! *semangat45*

Mulailah gue sms Kak heny, nanya ini itu bawel bener2 newbie ._. Meeting pointnya di SPBU (Pom Bensin) Pelabuhan Muara Angke Lama jam 6 karena kapalnya berangkat jam 7. Gue disarankan untuk naik Transjakarta (busway) sampe Grogol terus naik angkot merah B01 yang tujuannya Angke. Dari rumah gue di Kuningan, jalan jam 5 lewat 5 terus nyampe halte Grogol kira-kira jam 5.30AM terus naik angkot (ngetem dulu abangnya ada kali 10 menit) nyampe Angke jam 6 lewat 10an terus gue pipis mahal banget bayar 2ribu (curcol), kalo menurut gue itu jalanan lagi kosong sekosong-kosongnya karena abis lebaran jadi muluuuuus banget.

Terus ketemu deh tuh sama yg ikut trip ini, kita kenalan, ada 9 orang disana, ternyata 2 cancel dan 3 orang belum dateng, ada Kak Uci, Heni, Lasmi, Bella, Fani, Juni, Vieka, Itd, dan Payjo. Gue paling muda karena yang lainnya udah pada kerja, tapi bodo amat laah yang penting jalan-jalan hehe jam setengah 7 kita langsung mengarah ke tempat kapal karena takut kepenuhan karena saat itu lagi penuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuh banget deh tuh kayaknya banyak juga yg berpikiran sama untuk ke Kep. Seribu tp mayoritas sih ke Tidung. Jam 7 teng kapalnya jalan!  Kapalnya mayan rame, tapi ga penuh banget empet-empetan, dan ternyata 3 orang yang belum dateng itu bener2 belum dateng pas kapal berangkat dan walhasil mereka ketinggalan kapal, jadilah kita cuma ber10.

Di kapal rasanya tuh udah kayak dikocok-kocok perut, muaaal wei, mana kayak ombang-ambing gitu (norak baru pertama kali). Untungnyaaaa udah minum Anti*o (anti mabok) *peace* jadilah gue nagntuk dan boooooboooooo sangat nyenyak. Cuma bangun sebentar, ngemil, bobo lagi hehe ohya jangan mengharap kapalnya berAC, ada tempat duduk sofa, no waay, kapalnya dari kayu dan kitapun duduknya lesehan (ya wong bayarnya cuma 35ribu mending lah daripada lo berenang dari Angke) diiringi suara deru mesin kapal dan suara ombak. Rasanya tuh ya ngga nyampe-nyampe, lamaaaaaaaaa bangettt.

Tiba-tiba kapal berenti jam 8.45-an, gue kira tuh kapal akan transirt dulu sebelum ke Pari, tapi ternyata eng ing eng UDAH NYAMPEEEE (sujud syukur). Ini nih foto dermaganya:

Bentuk kapal yang kita kurang lebih kayak gini:

Rasanya capeee tapi pas ngeliat itu pasir teh putihnya pake banget, langsung whooosh ilang capenya! Kita pun pengen menuju ke homestay cepet-cept, tapi oh tapi karena lagi penuh jadi kita harus nunggu orang yg nempatin homestay yg mau kita tempatin itu check out dulu kurang lebih 10 menit, okelah ya daripada ga dapet sama sekali hehe pas jalan ke homestay, kita ngeliat rumah-rumah penduduk di pari masih sederhana, jarang yg ada ACnya (sepenglihatan gue sih), yg ada ACnya mah homestay abisan bentuknya sama dan banyak sendal -____-v ternyata homestay yang kita tempatin ga deket dr dermaga, tapi letaknya di utara gitu, agak gimana gt sih tapi pas tau belakang homestay kita itu langsung Pantai, woooooo langsung seneng jingkrak jingkrak hahahahaha apalagi pas tau kalo tuh pantai yang menjadi primadona dari Pulau Pari itu sendiri, Pantai Pasir Perawan. Nih fotonya:

 
Gimana? Bagus kaaaaan? :p *joget hula hula*
By the way, selanjutnya lanjut ntar yaaaaah……
Pulau Pari, I’m in Love..