Jelajah Kampung Arab Pekojan with Traveller Kaskus #TravellerBerbagi

“Kak, kakak mirip Dahlia Poland deh”

Satu kalimat yang bikin gue suka senyum sendiri karena terlontar dari seorang anak kecil cewe saat kita baru aja selesai buka puasa bersama di Kawasan Kota, tepatnya di depan Langgar Tinggi.

Saat itu gue pun cuma jawab, “Hah? Dahlia Poland siapa sayang?” dan anak itu malah ngumpet di balik temennya lagi dan meninggalkan gue yang bengong karena gatau itu siapa. Kemudian temennya yang di depannya nyamber “Ituloh kak yang di GGS”. Oke jujur gue agak roaming dan baru nyadar kalo GGS itu Ganteng-Ganteng Serigala yang tayang di salah satu stasiun TV swasta, semacam sinetron gitu tapi beneran deh gue ngga pernah nonton.

Gue pun langsung googling tentang siapa itu si Dahlia Poland… dan ternyata. googling aja deh sendiri haha! Jadi geer.

Oke jadi ceritanya hari ini (6/07) gue ikut event dari Traveller Kaskus yang namanya #TravellerBerbagi. Event yang berisi beberapa rangkaian acara dalam satu hari (atau setengah hari) mulai dari talkshow, jelajah Kampung Arab Pekojan dan Buka Puasa bersama anak-anak yang kurang mampu.


13.00 registrasi dimulai
Gue pun jalan dari rumah jam 12.30 karena kesiangan. Naik TransJakarta sampailah ke venue -nya di Museum Bank Mandiri di Kawasan Jakarta Kota. Sampe sana gue nanya itu tempatnya di mana ke abang satpam depan, katanya masuk aja. Ya iyalah bapaknya ini gue juga masuk, Untung lagi puasa jadi sabar. Mana sepi gitu museumnya dan gue sendirian. Kayaknya gue malah belak belok terus isinya mesin-mesin gede dan gue ngeri gitu jadilah balik ke depan, mau nanya yang jaga depan.
Eh ada orang tuh, tanya ah. Baru mau nanya. Ternyata patung. IYA PATUNG. Untung gue sendirian jadi kan nggak malu. Masa gue hampir nanya ama patung gegara patungnya segede orang dan pake baju. Duhileh.

Akhirnya gue lurus-lurus aja, nemu lah aula nya, eh ketemu Kak Paijo jadi ada temen hehe dapetlah pita warna kuning setelah regist dan taro buku di dropbox Bookpacker Indonesia. Gue mau ganti pitanya pink tapi nggak boleh 😦 yaudah deh haha

Acara dimulai jam 14.15 dengan talkshow yang diisi oleh Mbak Erliza; Community Manager Hijab Speak, Mas Yudasmoro; managing editor di Majalah Travel Panorama dan Get Lost, dan Mbak Windy Ariestanty; professional editor dan writer Travelogue Life Traveler (psst.. she’s one of my fav authors! and she’s one of the reasons why I join into this event)

Talkshow berjalan dengan lancar mengenai makna traveling dan pengalaman dari para narasumber tentang traveling di bulan Ramadhan. Banyak inspirasi yang bisa didapat dari yang dibagikan oleh para narasumber.

Setelah talkshow selesai kira-kira pukul 15.30 dan langsung break sholat Asar sebelum kita mulai jelajah Kampung Arab Pekojan. Tapi sebelumnya buka sesi foto sama Mbak Windy hehe dan fotonya blur mulu 😦 untung akhirnya bisa dapet yang (lumayan) bagus.

15.45 Keliling Kampung Arab
Gue ikut kelompok ketiga yang mana kelompok terakhir berangkat dan dipandu oleh Kak Aryo. Baru keluar ke arah belakang Museum Bank Mandiri. Di sampingnya ada Museum Bank Indonesia yang ternyata sejarahnya adalah bangunan rumah sakit dan di belakangnya mengalir Kali (sungai) yang mengalir hingga ke Karet yang mana adalah kompleks pemakaman. Sehingga saat ada jenazah yang ingin dimakamkan, transportasi menggunakan perahu dari belakang rumah sakit hingga ke pemakaman di Karet. Di saat sampai di Karet, maka akan dibunyikan lonceng peertanda jenazah sudah datang dan siap untuk dilakukan upacara pemakaman.


Di deket situ juga ada Toko Merah yang udah famously famous dan ternyata dulunya adalah rumah seorang petinggi Belanda yang memiliki banyak budak di rumahnya. Daerah situ adalah daerah Pecinan dan menurut kepercayaan orang Cina, warna merah adalah warna yang membawa hoki, sehingga rumah tersebut juga dicat dengan warna merah untuk menghormati orang Cina di kawasan tersebut.

Daerah di sana mayoritas adalah kota di mana pusat pemerintahan dan segala perekonomian berlangsung di sana. Makanya dinamakan Kota karena merupakan pusat dari Batavia/ Jakarta. Hal ini didukung dengan letaknya yang dekat dengan Pelabuhan Sunda Kelapa.

Saat itu kita masuk ke Jalan Malaka, Kecamatan Roa Malaka dan ada satu jalan yang namanya Jalan Tiang Bendera. Nama ini berasal dari tiang bendera yang dipasang di depan rumah Kapiten Cina pada pertengahan abad ke-18. Jika sudah waktunya untuk membayar pajak kepala, sewa rumah dan beragam pajak lain, maka tiang bendera di rumah tersebut dikibarkan bendera. Maka dari itu daerah itu diberi nama Jalan Tiang Bendera.

 

Jalan lagi ke daerah Pasar Pagi yang mana merupakan Pasar Pagi Lama dan bangunannya sangat bergaya Cina dengan dominan warna merah. Pasar ini merupakan cikal bakal Pasar Pagi Mangga Dua. Karena itu hari Minggu maka suasana pasar terlihat sangat sepi karena mayoritas toko tutup pada hari Minggu.

 
Maaf bukan iklan -_-
 
 🙂

Kemudian jalan dilanjutkan ke kawasan Tambora, Pekojan yang dinamakan Kampung Arab. Jalannya sempit-sempit dalam bentuk gang dan rumahnya mepet-mepet satu sama lain. Nama-nama kampung di Jakarta pada era tempo dulu dinamakan sesuai dengan etnis mayoritas yang menempati kawasan tersebut; Kampung Cina, Kampung Arab, Kampung Melayu, Kampung Bandan dsb. Tetapi untuk Kampung Arab, etnis Arab itu sendiri sudah terlihat sangat minoritas tetapi masih terlihat dari beberapa orang yang memiliki hidung dan mata khas Arab juga bangunan dengan corak budaya khas Timur Tengah. Untuk pengaruh terbesar Timur Tengah adalah budaya dari Hadramaut, negara Yaman.

Jelajah dimulai dari sebuah masjid yang berada di gang kecil, Masjid Al Anshor. Masjid ini dibangun oleh orang Arab dan India yang menempati daerah di sana. Masjid ini diwakafkan oleh seorang warga negara India tetapi tidak diketahui siapa. Dan di dalam masjidnya ada dua buah makam yang diyakini adalah makam dari orang India tetapi tidak diketahui siapa. Masjid ini agak bercorak Betawi.

 
Program dari USAID

Di sepanjang gang masuk Pekojan
 Pemukiman yang mayoritas Tionghoa

Kemudian perjalanan dilanjutkan ke Masjid Ar Raudah yang melewati rumah orang-orang di sana, banyak anak-anak kecil yang teriak “sahur sahur” waduh ini anak demen amat sahur, bukanya kapan dong hahaha tapi gapapa deh, mukanya agak Arab gitu sih. Masjid Ar Raudah diutamakan untuk kaum perempuan. Arsitektur masjid ini bergaya Betawi-Belanda, yang berumur kurang lebih 130 tahun dan ada hiasan ornamen dinding bertuliskan huruf Arab. Kaum laki-laki boleh solat di sini tetapi hanya untuk solat 5 waktu, bukan solat berjamaah. Dan untuk kaum laki-laki, dapat solat di Masjid Jami An Nawwier.


Aksen bergaya Betawi

Ornamen di dinding masjid
Di dalam masjid
 Anak bocah yang teriak sahur-sahur dan mukanya agak-agak Arab walaupun gerak karena tuh bocah lari-larian


Masjid Jami An Nawwier merupakan masjid terbesar di Jakarta Barat dan berdiri sejak tahun 1760. Masjid ini pada abad ke 18 diperluas oleh Sayid Abdullah Bin Hussein Alaydrus seorang muslim tuan tanah kaya raya yang namanya diabadikan menjadi Jalan Alaydrus di tempat ia tinggal di Batavia. Di sekitar masjid ini terdapat beberapa makam tua dari para ulama besar di Pekojan. Di masjid ini terdapat sebuah menara yang cenderung terlihat seperti sebuah mercusuar dengan tinggi 17 meter, yang sejarahnya dahulu digunakan untuk menyembunyikan senjata untuk bertempur dengan Belanda. Masjid ini juga memiliki 33 pilar besar.  Kemudian juga terdapat lima pintu dari arah barat ke timur melambangkan rukun Islam, dan enam jendela pada bagian selatan melambangkan rukun Iman. Secara keseluruhan, masjid ini ditopang oleh 99 pilar, melambangkan jumlah asmaul husna.

 

Masjid-masjid di sini rata-rata tidak terdapat kubah besar, seperti ciri khas masjid di Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa pengaruh terbesar budaya Timur Tengah di sini adalah berasal dari Hadramaut, salah satu provinsi di Yemen yang mana masjid di sana tidak menggunakan kubah besar.

Masjid tak berkubah

Ciri khas masjid ini adalah terdapat sebuah pohon kurma dan ketika berbuka puasa maka akan terdapat buka puasa bersama di teras masjid dengan beragam takjil. 
 (katanya) pohon kurma
Suasana di jalan

Di daerah itu, mulai tercium bau kambing. Dan ternyata di daerah situ adalah tempat penjagalan dan terdapat sebuah jembatan yang terkenal yakni Jembatan Kambing. Jemabtan ini dinamakan Jembatan Kambing yang berdiri di atas sebuah Kali, di mana para kambing yang akan disembelih harus melewati jembatan itu untuk masuk ke rumah penjagalan kambing, maka dari itu dinamakan Jembatan Kambing. Dan emang bau kambing sih.
Kemudian tujuan terakhir adalah Langgar Tinggi. Langgar berarti masjid atau mushola. Langgar Tinggi merupakan sebuah masjid yang dibangun pada 1829 M dan terdaftar sebagai cagar budaya. Di Langgar Tinggi ini kami berbuka puasa dengan kurma dan air putih. Nyam seger. Langgar Tinggi terdiri dari dua lantai, tetapi yang digunakan untuk solat hanya di lantai dua. Sedangkan di lantai dasar hanya untuk wudhu dan ada toko yang menjual parfum sejak zaman dahulu. Dari luar bangunan sangat tidak terlihat bahwa bangunan tersebut adalah masjid, hanya papan nama masjid yang menyimbolkan bahwa bangunan tersebut memang masjid dan merupakan masjid tua yang ada di Jakarta.


Langgar Tinggi


Papan nama di Langgar Tinggi

Selesai deh tuh kita balik lagi ke Museum Bank Mandiri dengan nyarter Kopaja haha asyik deh pokoknya. Sampe sana ta’jil dan makan udah ada. Menunya Nasi Kebuli. Enak kalo buat yang doyan, sedangkan gue pasrah ngeliatin itu bawang banyak banget hiks untung gue bawa BasReng (Baso Goreng) sang penyelemat.
Kegiatan ini diliput oleh NET Mediatama untuk ditayangkan di esok harinya (ini gue jadinya yang mikirin reporter-nya kapan ngeditnya, semangat ya kakaknya! I feel it..)
Sangat amat senang dan melelahkan! Tapi rasa lelah itu nggak membuat gue kecapean karena banyak banget ilmu yang didapat dan juga bisa masuk tipi dan dibilang kayak artis (NORAK BANGET GUE) yaudah bodo amat yang penting masuk tipi, jarang-jarang anak Industri Kreatif Penyiaran bisa ada di depan layar.
Semuanya pokoknya terima kasih buat Traveller Kaskus yang udah ngadain acara keren nan gaul ketjeh ini. Semoga dengan saling berbagi semakin mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas segala yang diberikan oleh Allah SWT. See you again soon!
 

Jelajah Kampung Arab Pekojan with Traveller Kaskus #TravellerBerbagi